Jumat, 31 Mei 2013

KURCACI KECIL DAN STABILITAS EMOSI

Lagi-lagi kesibukan Berorganisasi membuat saya menjadi seseorang yang agak kurang mampu untuk membagi pikiran ke dalam hal lain, makan tidak nyaman, tidur  tidak nyenyak, minum pun juga tidak terasa serta kuliahpun semakin tidak  jelas, menjadi pemicu emosi deh...  Tapi entah kenapa badan ini tetap saja subur (ceileeeeeeh).  

Mungkin sangat jelas ya, jika dalam pressure yang tinggi, emosi kita sangat tidak stabil, bercanda  sedikitpun bisa menjadi satu bahan yang mampu memancing emosi untuk segera keluar. Namun, kita sebagai orang muslim juga sangat dianjurkan untuk menjaga emosi kita, amarah tidak boleh dituruti begitu saja, karena itu semua adalah godaan yang diberikan oleh syaitan.

Ketika emosi sudah mulai muncul hendaklah berwudhu dan menunaikan sholat atau membaca Al Quran. Itulah salah satu obat mujarab yang bisa menghilangkan emosi. Berbicara mengenai Al Quran sungguh luar biasa kitab umat Islam ini, sangatlah lengkap dan memang itulah pedoman umat manusia yang ada di mula bumi ini. Dalam Al Quran kita juga diperintah untuk menahan amarah,  dalam surat Ali Imran 134, yang artinya, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran [3]: 134)”.

Berkenaan dengan  marah seperti yang saya singgung diatas, Islam tidak hanya memerintahkan umatnya untuk menahannya. Lebih dari itu, syariah juga mengajarkan metode untuk meredakan kemarahan.
Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api, sementara api bisa dipadamkan oleh air. Karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang marah, hendaklah dia berwudhu (HR Abu Dawud dari Athiyah)”.

Perasaan emosi tentu sangat  manusiawi. Apalagi kepada orang yang berbuat salah dan jahat kepada kita. Akan tetapi, Islam mengajarkan bahwa tidak sepatutnya seorang Muslim melampiaskan kemarahannya. Apalagi pelampiasan kemarahan itu dapat mengantarkan pelakunya menabrak ketentuan syariah. Menahan marah jauh lebih baik dari pada melampiaskannya. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa suatu saat ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw. Untuk meminta nasihat. Beliau pun bersabda, “Lâ taghdhab (Jangan marah)!” Ketika pertanyaan itu diulangi, Beliau pun memberikan jawaban yang sama. Dengan demikian menahan marah merupakan akhlak terpuji yang diperintahkan oleh Alloh. Sebagai balasannya, pelakunya dijanjikan mendapat pahala yang amat besar. Begitulah Islam memandang amarah, sangat perlu dihindari, karena apabila kita terlena sedikit pun akan berakibat fatal.

 “Kegagalan kita untuk memaafkan, kesediaan kita untuk mengakui dendam, adalah penerimaan tentang batas. Setelah itu adalah doa. Pada akhirnya kita akan tahu bahwa kita bukan hakim yang terakhir, . . . . . Sungguh Alloh Maha Mengetahui.”


Surabaya,  29 Januari 2013



~~ACIL~~
Sang Kurcaci Kecil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar